Jumat, 15 Mei 2009

Materi Teologi Al-Ma'un (K.H Ahmad Dahlan)

Pembicara : Dr. A.Munir Mulkan SU (Guru Besar UIN)
Pada Tanggal : 28 Februari 2009

Teologi Al-Maun
Q.s Al-Maa’un : 107, ayat 1-7


1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya [1603],
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna [1604].

[1603] Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
[1604] Sebagian mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat.

Materi pembahasan dalam sekolah alternatif Madrasah Intelektual Muhammadiyah

Deskripsi
Krisis kerangka ke-ilmu yang terjadi sekarang ini tampaknya merupakan fenomena keterputusan pengetahuan terhadap bangunan dasar ke-Tahuid-an dengan akar tradisi masyarakat. Dapat dilihat produksi ilmu-ilmu pengetahuan yang ada saat ini lahir dari konteks masyarakat barat dengan karakter spesifiknya keilmuan yang khas. Sebuah kesalahan ketika ke-Tauhid-an dilepaskan dari pengalaman tradisi, sejarah dan realitas konkret kehidupan masyarakat intelektual khususnya dalam pembanguna krangka berfikir. Karena bagaimana pun juga, keilmuan harus dilandasi oleh nilai-nilai tentang ke-Tuhan-an dan terkait dengan cara menghubungkan fakta obyektif masyarakat untuk menjadi alat analisa bagi perkembangan ilmu dewasa ini. Muhammadiyah memiliki itu semua. Pengalaman tradisi, sejarah dan realitas untuk membangun sebuah kesadaran ber-Muhammadiyah yang berkesadaran secara teoritik praksis melalui teologi Al-Ma’unnya.

Banyaknya para intelektual dalam melakukan pembacaan terhadap suatu realitas keilmuan menentukan suatu variabel proses perkembangan tentang keilmuan dan proses kategorisasi terhadap masyarakat tersebut melalui kerangka pemikiran tradisi barat. Artinya, perkembangan suatu masyarakat intelektual ditentukan oleh kerangka ilmu dan direfleksikan dalam bangunan sebuah teori.

Teori-teori modernisme misalnya, dalam rezim orde baru, berperan sebagai alat analisa realitas sosial yang mempengaruhi mind set kita tentang tradisi, perubahan sosial dan kondisi sosiologis masyarakat. Penggunaan ilmu yang dipaksakan terhadap basis material yang berbeda menyebabkan disorientasi kerangka pengetahuan. Sehingga persoalan mendasar sebuah realitas sosial tidak ditemukan karena kita hanya menjelaskan fenomena dengan kerangka teori yang bersifat distortif. Terkhusus bagi kader-kader Muhammadiyah yang tidak bisa lepas dari pemikiran founding fathernya yaitu KH. Ahmad Dahlan yang telah melahirkan pemikiran mengenai umat islam khusunya di Indonesia. Sehingga Muhammadiyah dapat diterima oleh masyarakat luas dan menjadi organisasi yang memiliki kader-kader yang dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi terciptanya masyarakat yang amanah dalam kemandirian.

Pemikiran KH. Ahmad Dahlan khususnya teologi Al-Ma’un menjadi sebuah landasan bagi terciptanya intelektual yang lahir dari Muhammadiyah, suatu landasan untuk membangun sistem pengetahuan yang berangkat dari ke-Tauhid-an dalam melihat realitas sosial dengan ditinjau melalui kerangka filosofis teologi Al-Ma’un.

• Peserta memahami kerangka filosofis Teologi Al-Ma’un K.H. Ahmad Dahlan.
• Peserta mampu mengenal Teologi Al-Ma’un K.H. Ahmad Dahlan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar